Di Posting Oleh : INFO PENDIDIKAN
Kategori : EDUCATION Educations
Pada dasarnya gaya berpikir (Cognitive style) manusia hanya dibagi menjadi dua bentuk
yaitu auditory learner dan
visual learner. Auditory learner adalah gaya berpikir yang
lebih didasarkan pemrosesan informasi melalui pendengaran (auditory). Dan visual learner adalah lebih didasarkan pada pemrosesan melalui penglihatan (visual).
Pada anak-anak cerdas istimewa digunakan istilah
visual spatial learner, yang artinya bahwa
seorang anak
cerdas istimewa melakukan pemrosesan informasi bukan hanya melalui penglihatannya saja, namun ia juga
menggunakan kekuatan lain
yang ada padanya, yaitu kemampuan pandang ruang yang tinggi (kemampuan dimensi) yang disebut sebagai kemampuan spatial.
1. Cara berpikir auditory learner VS visual spatial learner
Saat anak baru dilahirkan ia akan menjadi anak yang lebih kepada
visual learner daripada auditory
learner. Pada saat baru dilahirkan ia lebih didominasi oleh belahan otak sebelah kanan. Ia belajar menerima informasi lebih secara visual.
Apa yang diterima secara
visual (penglihatan) ini kemudian dilakukan pemrosesan di dalam otak sebagai sebuah informasi. Kelak saat mana anak-anak ini sudah bisa berbicara dengan baik, yaitu sekitar usia 5
– 6 tahun, maka cara penerimaan itu akan berubah, ia menjadi anak
yang lebih pada
auditory learner. Perubahan ini adalah sebagai akibat dari berubahnya dominasi otak, yang semula dominasi lebih kepada dominasi belahan otak kanan
(yang mengatur kemampuan
visual), kini dominasi berpindah ke belahan otak yang
mengatur
auditory (pendengaran). Mayoritas perkembangan populasi anak akan berkembang sebagaimana
yang dijelaskan di atas ini, yaitu sekitar 70 persen banyaknya. Namun sebagiannya sekitar 15 persen akan berkembang menjadi visual
learner. Visual learner
ini adalah seorang anak
yang lebih didominasi oleh perkembangan otak kanan. Saat mana anak-anak mengalami perpindahan dominasi otak dari kanan ke kiri di usia 5-7 tahun, anak-anak visual learner tidak mengalami hal itu. Keadaan ini dapat disebabkan karena perkembangan belahan otak kanannya, mengalami perkembangan dengan kapsitas yang
besar. Walau demikian, bukan berarti bahwa belahan otak kirinya mengalami ketidak normalan perkembangan. Ia berkembang normal juga, hanya saja mengalami ketertinggalan atau bahkan kelak juga akan berkembang dengan kapasitas yang besar juga.
Yang semula ia berkembang sebagai anak
visual spatial learner yang
kuat, ia juga bisa berkembang menjadi
visual spatial learner
yang kuat dan juga
auditory learner yang kuat. Karena itu kepada anak-anak ini secara berkala tetap dilakukan pemantauan bagaimana perkembangannya. Masuknya informasi melalui
auditory ini bentuknya berurutan, teratur, dan membutuhkan konsentrasi
yang baik agar informasi yang masuk itu dapat ditangkap dengan baik, untuk kemudian diproses di dalam otak. Begitu
pula gaya berpikir kelompok anak-anak
yang penyandang auditory
learner ini, ia akan lebih berpikir secara runtut, teratur, dan berpikir dalam bentuk kata-kata.
Pada anak-anak
yang kemudian lebih didominasi oleh belahan otak kanan, ia akan meregistrasi apa
yang dilihatnya dengan mata (visual)
secara simultan,
global-detail, dan cepat. Cara pengambilan informasi seperti ini tidak terlalu harus menggunakan konsentrasi setinggi sebagaimana secara auditif, sehingga seringkali anak-anak ini kelihatan seolah seperti anak yang tidak terfokus dan tidak terkonsentrasi karena matanya selalu berputar-putar melihat-lihat ke sekelilingnya. Gaya
berpikir anak-anak ini selain simultan, global-detail, juga dalam bentuk imej atau gambaran yang ada di kepala.
Kekuatan auditory learner VS kekuatan visual learner
Anak-anak yang
auditory learner akan lebih baik menerima informasi melalui bentuk suara. Misalnya dalam pemberian pelajaran di kelas, anak-anak yang
auditory learner ini justru akan menangkap sangat baik saat mana guru
menjelaskan secara
verbal. Sementara itu anak-anak
visual learner akan lebih baik menerima informasi melalui penyajian
visual, seperti gambar- gambar,
film, grafik, denah, tabel, peta, dan sebagainya.
Kesadaran
akan waktu VS kesadaran akan ruang
Manajemen waktu, seperti jam berapa harus bangun, mandi berpakaian, makan, gosok gigi, berangkat sekolah secara tepat waktu adalah suatu manajemen yang nyaman bagi anak-anak auditory learner. Ia dapat melakukan kegiatan secara berurutan, dan teratur. Begitu juga dengan skedul pelajaran di sekolah. Sebaliknya anak-anak visual spatial learner lebih kuat dalam kesadaran akan ruang. Anak- anak ini sangat kuat ingatannya akan tata ruang, lingkungan, peta, dan tidak mudah tersasar di tempat keramaian. Bahkan ia sangat kuat mengingat tempat-tempat yang pernah dikunjunginya. Namun kelemahannya, ia kurang kuat dalam manajemen waktu. Ia dapat melamun berjam- jam, menghayalkan sesuatu, atau sibuk dengan kegiatannya tanpa ingat waktu. Ia juga mengalami kesulitan untuk melakukan kegiatan secara teratur dan tepat waktu. Dalam tes-tes menggunakan batasan waktu, anak-anak auditory learner akan sangat berhasil dan sukses, tetapi tidak pada anak visual spatial learner yang kurang pada kesadaran waktu.
Tahap pertahap VS global-detail
Seorang anak
auditory learner adalah seorang anak
yang berpikir secara sekuensial. Karena itu ia memerlukan instruksi yang berurutan, atau bertahap-tahap. Caranya adalah kita perlu memberinya suatu tugas yang dibuat dalam bentuk tugas
yang kecil-kecil namun berurutan secara tahap pertahap. Sementara itu anak-anak
visual spatial learner
justru akan mengalami kebingungan dengan instruksi yang
banyak yang
harus dijalankannya secara berurutan. Misalnya kita mengatakan padanya: ayo ambil kertas, ambil pinsil, duduk disini, dan buatlah gambar yang ada dalam contoh ini. Cara seperti ini akan membuatnya kesulitan, ia lupa apa
yang harus diambilnya. Namun kepadanya kita perlu memberitahu tujuannya terlebih dahulu, yaitu dia akan menerima tugas menggambar kapal seperti
yang ada dalam contoh. Dengan demikian akan secara otomatis dapat mengorganisasikan sendiri apa saja
yang diperlukan. Ia akan dengan sendirinya mencari kertas, pinsil, mencari tempat duduk, dan melakukan apa yang ditugaskan padanya.
Dari yang mudah
ke yang sulit
VS sulit
dan sulit
adalah
lebih mudah
Seorang anak
auditory learner, adalah seorang anak
yang mempunyai gaya berpikir sekuensial. Artinya ia harus belajar dimulai dari yang
mudah secara bertahap ke arah
yang sulit.
Dari kegiatan mengetahui sesuatu, lalu menghapalkannya, kemudian mengaplikasikannya pada konsteks tertentu. Baru kemudian ia bisa menggunakanya untuk kepentingan sintesa kemudian analisa.
Sebaliknya seorang anak visual
spatial learner, ia berpikir secara simultan dan selalu melakukan analisa, serta mencari pemecahan masalah dan solusinya. Karena itu apabila diberi pelajaran yang mudah-mudah yang hanya melakukan penghapalan, pengulangan, dan aplikasi, justru ia akan mengalami prestasi rendah. Kepadanya harus diberikan pelajaran yang
lebih menantang baginya yaitu suatu pemecahan masalah. Materi-materinya membutuhkan suatu tugas pemecahan masalah dan mencarikan solusinya.
terimakasih informasinya gan , sangat bermanfaat sekali ..
ReplyDelete