Di Posting Oleh : INFO PENDIDIKAN
Kategori : EDUCATION Educations
Kegiatan pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri atas komponen-komponen yang saling berkaitan dan bersinergi satu dengan yang lainnya. Komponen-komponen penyusun sistem pembelajaran antara lain tujuan pembelajaran , materi pembelajaran , aktivitas pembelajaran –yang di dalamnya termasuk penggunaan metode pembelajaran , alat dan sumber pembelajaran serta penilaian hasil berguru (evaluasi)- atau kalau dikaji menurut Bobbi DePorter , maka dapat dikelompokkan menjadi 2 aspek dasar yaitu Konteks dan Isi. (Akan dijelaskan pada pembahasan selanjutnya).Seorang Guru bertanya kepada saya , “Mas lebih baik mana antara Cutter dengan Gergaji Mesin?”. Sayapun berpikir sejenak kemudian menjawab , “Ya sesuai dengan fungsinya pak , semuanya punya kelebihan dan juga kekurangan”. Sang guru tersebut pun pribadi menganggukkan kepalanya , tertanda ia oke dengan saya.
Dari aneka macam macam komponen penyusun sistem pembelajaran , terdapat minimal dua unsur yang amat penting dalam proses berguru mengajar , yaitu metode dan media pembelajaran. Kedua aspek ini saling berkaitan. Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan mensugesti jenis media pengajaran yang sesuai , meskipun masih ada aneka macam aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih media , antara lain tujuan pengajaran , jenis peran , dan respon yang dibutuhkan dapat dikuasai oleh siswa setelah pengajaran berlangsung , dan konteks pembelajaran termasuk karakteristik siswa. Meskipun demikian , dapat dikatakan bahwa salah satu fungsi utama media pengajaran yaitu sebagai alat bantu mengajar yang turut mensugesti iklim , kondisi , dan lingkungan berguru yang ditata dan diciptakan oleh guru.
Mengingat kedudukannya dalam konteks pembelajaran , media sebagai adegan integral pembelajaran , komponen in perlu mendapat perhatian serius dari para guru. Sehingga tak heran kalau banyak sekali seminar-seminar dan workshop yang membahas perihal pemanfaatan aneka macam media untuk pembelajaran. Dan tak tanggung-tanggung , panitia penyelenggara aktivitas pun tidak lagi hanya berasal dari kalangan instansi pendidikan , namun telah merambah ke instansi atau organisasi lain yang tentunya tidak bersinggungan pribadi dengan pendidikan. Hal ini dapat menjadi catatan tersendiri dengan adanya demam isu kasatmata mengenai balasan masyarakat perihal pentingnya revolusi pendidikan dan pemanfaatan media pembelajaran pada khususnya.
Berkenaan dengan perkembangan dan percepatan arus teknologi gosip yang sangat cepat , tentunya telah memperlihatkan dampak yang tidak sedikit dalam kehidupan sehari-hari. Baik dampak kasatmata maupun negatif , sesuai dengan penggunaan dan pemanfaatannya. Namun yang perlu digaris bawahi , bahwa dengan semakin merebaknya jalan masuk gosip di segala bidang , memperlihatkan konstribusi kasatmata terhadap lahirnya ilmu-ilmu atau teori-teori gres yang biasanya diikuti dengaan munculnya teknologi baru.
Dalam bidang pendidikan , hal tersebut menjadi perhatian tersendiri bagi praktisi-praktisi pendidikan terutama guru sebagai orang yang bersentuhan pribadi dengan penerima didik. Guru dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif dalam melakukan proses pembelajaran semoga partisipasi siswa dan kualitas hasil berguru siswa meningkat. Tentunya dengan memberdayakan secara optimal segala macam sumber daya berguru yang ada , termasuk teknologi pembelajaran dan media pembelajaran.
Menjadi suatu materi diskusi yang menarik kalau melihat keanekaragaman dan bervarietasnya media pembelajaran ketika ini , mulai dari media yang bersifat konvensional hingga media yang berbasis mobile. Entah disadari atau tidak , banyak praktisi pendidikan yang menanggapi fenomena merebaknya jalan masuk gosip ini dengan gagap , sehingga menganggap bahwa setiap yang berbasiskan komputer akan memperlihatkan konstribusi yang lebih besar dalam meningkatkan hasil berguru siswa. Mereka berpikir bahwa kalau pembelajaran tidak diarahkan pada pemanfaatan komputer , maka siswa dapat tertinggal arus globalisasi.
Dari sinilah diskusi ini dimulai , seorang guru menjelaskan bahwa untuk memotong kertas , gunakanlah cutter , jangan pakai gergaji mesin , potong sih potong , tapi sobek tak beraturan pastinya. Sedangkan untuk memotong kayu , gunakanlah gergaji mesin , jangan pakai cutter , mampu sih mampu , berhari-hari dan berbulan-bulan sih iya. Nah , kalau hal ini kita copy paste kan dalam dunia pendidikan dan dihubungkan dengan dilema penggunaan dan pemanfaatan media dalam pembelajaran , maka pembahasannya juga tak akan jauh beda , 11-12 katanya anak muda jaman sekarang.
Guru harus cermat dalam memilih media yang cocok dalam sebuah proses pembelajaran. Karena pada dasarnya media berfungsi sebagai perangsang minat dan motivasi siswa terhadap pelajaran yang sedang diajarkan.
*maaf , sebab ada dilema non teknis , maka goresan pena ini bersambung.
mohon maklum adanya
0 Response to "MEDIA “CUTTER” dan “GERGAJI MESIN” dalam PEMBELAJARAN"