Di Posting Oleh : INFO PENDIDIKAN
Kategori : EDUCATION Educations
Diskusi Kelompok Sebagai Ajang Sharing Pengetahuan Antar Teman di Kelas
Diskusi kelompok hampir sama seperti diskusi,
diskusi kelompok adalah pembahasan suatu topik dengan cara tukar pikiran antara
dua orang atau lebih dalam kelompok-kelompok kecil yang direncanakan untuk
mencapai tujuan tertentu.
Metode ini dapat membangun suasana
saling menghargai perbedaan pendapat dan juga meningkatkan partisipasi peserta
yang masih belum banyak berbicara dalam diskusi yang lebih luas. Tujuan
penggunaan metode ini adalah mengembangkan kesamaan pendapat atau kesepakatan
atau mencari suatu rumusan terbaik mengenai suatu persoalan. Setelah diskusi
kelompok, proses dilanjutkan dengan diskusi pleno. Pleno adalah istilah yang
digunakan untuk diskusi kelas atau diskusi umum yang merupakan lanjutan dari
diskusi kelompok yang dimulai dengan pemaparan hasil diskusi kelompok.
Hal ini
sejalan dengan teori pembelajaran kooperatif. Pembelajaran
kooperatif merupakan strategi belajar dimana siswa belajar dalam kelompok kecil
yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda. Dalam menyelesaikan tugas
kelompok, setiap anggota saling bekerja sama dan membantu memahami suatu bahan
pelajaran artinya belajar belum selesai jika salah satu teman dalam sekelompok
belum menguasai bahan pelajaran.
Melalui pembelajaran
kooperatif, guru mendapatkan cara yang sangat baik, sebab pembelajaran
kooperatif adalah mengandung pengertian sebagai tujuan bersama dalam suasana
kebersamaan diantara sesama anggota kelompok sesuai dengan manusia adalah
makhluk sosial yang selalu harus berinteraksi, berkomunikasi dan memiliki
kemampuan berpikir. Untuk itu pembelajaran kooperatif dapat digunakan untuk
siswa disemua usia dan berbagai bidang ilmu.
Menurut Slavin (Neneng, 2003: 12) bahwa belajar kooperatif
adalah suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya empat sampai enam
orang dengan strutur kelompok heterogen. Lie (2002: 42) mengemukakan beberapa
alasan pengelompokkan heterogen dalam pembelajaran kooperatif, yaitu: (1)
kelompok heterogen memberikan kesempatan untuk saling mengajar dan saling
mendukung, (2) kelompok heterogen meningkatkan relasi dan interaksi antar ras,
etnik, dan gender, (3) kelompok heterogen memudahkan pengelolaan kelas karena
dengan adanya satu orang yang berkemampuan
akademis tinggi, guru mendapatkan asisten untuk setiap kelompok.
Lundgren (Roswanjaya, 2003: 13) menyatakan bahwa dalam
pembelajaran kooperatif terkandung unsur-unsur sebagai berikut, yaitu: (1)
siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang bersama”,
(2) siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap kelompoknya, disamping
tanggung jawab terhadap dirinya sendiri, (3) siswa harus berpandangan bahwa
sebagai anggota kelompok harus memiliki tujuan yang sama, (4) siswa harus
membagi tugas satu sama lain, (5) siswa akan diberi evaluasi atau penghargaan
yang akan ikut berpengaruh terhadap evalausi kelompok, (6) siswa berbagi
kepemimpinan dan memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar, (7) siswa
diminta mempertanggungjawabkan secara individual meteri yang ditangani oleh
kelompok kooperatif.
Mengacu pada pendapat di atas, maka karakteristik
pembelajaran kooperatif adalah: (1) siswa bekerja dalam kelompok secara
kooperatif untuk menyelesaikan materi belajarnya, (2) kelompok dibentuk oleh
siswa yang memiliki kemampuan yang
tinggi, sedang, dan rendah, (3) bilamana mungkin, anggota kelompok juga berasal
dari ras, budaya, suku, dan jenis kelamin yang berbeda, (4) penghargaan lebih
berorientasi pada kelompok daripada individu (Roswanjaya, 2003: 11).
Slavin (Roswanjaya, 2003: 13) mengemukakan juga pandangannya
mengenai karakteristik dari pembelajaran kooperatif. Dia mengatakan bahwa yang
membedakan pembelajaran koopertif dengan pembelajaran lain adalah dari segi
karakteristiknya, yaitu pada pembelajaran kooperatif mengacu pada keberhasilan
kelompok, menekan peranan anggota, mengandalkan sumber atau bahan, menekankan
interaksi, mengutamakan tanggung jawab individu, menciptakan peluang untuk
kemenangan bersama, mengutamakan hubungan pribadi, menitikberatkan kepada
kepemimpinan bersama, menekankan penilaian atau penghargaan kelompok.
Penghargaan atau penilaian individu dan kelompok
yang merupakan salah satu dari karakteristik pembelajaran kooperatif lebih
berorientasi pada kelompok dari pada individu. Sebagaimana yang dikemukakan
oleh Lie (2002: 87) bahwa model evaluasi yang diterapkan dalam pembelajaran
kooperatif adalah dengan adanya penilaian pribadi dan nilai kelompok. Siswa
bekerja sama untuk saling membantu dalam mempersiapkan diri untuk tes. Kemudian
masing-masing mengerjakan tes atau evaluasi secara individu untuk menerima
nilai pribadi. Selain itu, terdapat pula perhitungan skor peningkatan atau
perkembangan individu yang didasarkan pada skor yang diperoleh siswa pada evaluasi
sebelumnya. Dengan demikian meskipun siswa bekerja sama, siswa secara
perorangan bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya sendiri.
artikel yang sangat bermanfaat , terimakasih informasinya ..
ReplyDelete